Oleh
Abdul Azhim Al Badawi
Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, semoga Allah senantiasa mengajarkan
kepada kita sesuatu yang bermanfaat dalam firman Allah yang bercerita
tentang Nabi Yusuf Alaihissallam.
إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لاَّيُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَهُم
بِاْلأَخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ ءَابَآءِي
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَاكَانَ لَنَآ أَن نُّشْرِكَ
بِاللهِ مِن شَىْءٍ
Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman
kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku
mengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak, Ya'qub. Tiadalah
patut bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Allah.. [Yusuf:37-38].
Terdapat satu isyarat, bahwa agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, Ishaq,
Ya’qub dan Nabi Yusuf itu sama. Yaitu agama tauhid, yang dibawa oleh
semua para nabi alaihimus shalatu wassalam, sebagamana firman Allah.
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu
dan Aku adalah Rabbmu, maka sembahlah Aku. [Al Anbiya’:92].
Kepada agama inilah, Yusuf menyeru kepada kedua temannya (yang di penjara).
يَاصَاحِبَيِ السِّجْنِ ءَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللهُ
الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ مَاتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِه إِلآ أَسْمَآءً
سَمَّيْتُمُوهَآ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُم مَّآأَنزَلَ اللهُ بِهَا مِن
سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ للهِ أَمَرَ أَلاَّتَعْبُدُوا
إِلآًّإِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
لاَيَعْلَمُونَ
Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, rabb-rabb yang
bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Kamu
tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama
yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan
suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah
kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah
selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. [Yusuf:39-40].
Demikian juga semua para nabi, mereka berdakwah kepada agama ini, sebagaimana Allah berfirman.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu," [An
Nahl:36].
Dan firmanNya.
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." [Al Anbiya’:25].
Karenanya, seruan yang diucapkan oleh para nabi kepada kaumnya selalu sama, yaitu:
يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلاَهٍ غَيْرُهُ
Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ilah bagimu selainNya. [Al A’raf:59].
Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, juga mengajak kepada
agama (tauhid) ini. Ketika orang-orang kafir Quraisy mengatakan kepada
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
مَاسَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ اْلأَخِرَةِ إِنْ هَذَآ إِلاَّ اخْتِلاَقٌ
Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini
(mengesakan Allah), tidak lain hanyalah(dusta) yang diada-adakan.
[Shad:7].
Allah Azza wa Jalla berfirman kepada NabiNya.
قُلْ مَاكُنتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ
Katakanlah:"Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” [Al Ahqaf:9]
Maksudnya, saya bukanlah yang pertama, namun saya ini adalah seorang pengikut.
Allah juga berfirman,
ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَاكَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad):"Ikutilah agama Ibrahim,
seorang yang hanif." Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Rabb. [An Nahl:123].
Perkataan Nabi Yusuf Alaihissallam إِنِّي تَرَكْتُ (Aku tinggalkan),
sejalan dengan firman Allah فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ (Maka
barangsiapa yang ingkar kepada thagut). Sedangkan perkataan Nabi Yusuf
وَاتَّبَعْتُ (Aku ikuti) sejalan dengan firman Allah وَيُؤْمِن بِاللهِ
(dan beriman kepada Allah). Jadi, keimanan itu mesti didahului
pengingkaran. Keimanan kepada Allah mesti didahului dengan pengingkaran
terhadap semua (yang dipertuhankan oleh manusia, pent) selain Allah Azza
wa Jalla. Oleh karena itu, kalimat tauhid mengandung dua makna ini.
Ucapan “Lailaha” adalah pengingkaran terhadap semua yang dipertuhan. Dan
ucapan “Illallah” adalah keimanan kepada Allah sebagai Ilah (yang
berhak disembah).
Hidayah kepada tauhid merupakan karunia Allah yang hanya diberikan
kepada hambaNya yang dikehendaki. Sebagaimana perkataan Nabi Yusuf
Alaihissallam.
ذَلِكَ مِن فَضْلِ اللهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَشْكُرُونَ
Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada
manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu tidak
mensyukuri(Nya). [Yusuf:38].
Sebagai peringatan atas karunia ini dan agar jangan sampai hilang -kami
katakan- demi memotivasi kepada tauhid dan menjauhi syirk,“Sesungguhnya
kesyirikan itu adalah kesesatan yang nyata dan kezhaliman yang besar.
Allah berfirman.
وَمَنْ أَضلَُّ مِمَّن يَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَن لاَّيَسْتَجِيبُ لَهُ
إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَآئِهِمْ غَافِلُونَ
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah
sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do'anya)
sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do'a mereka.
[Al Ahqaf:5].
Dan firmanNya.
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zhalim. [Al Baqarah:254].
Dan firmanNya.
وَإِذْقَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu memberi
pelajaran kepadanya,"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang
besar. " [Luqman:13].
FirmanNya,
وَلاَ تَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَالاَيَنفَعُكَ وَلاَيَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan
tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu
berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk
orang-orang yang zhalim. [Yunus:106].
FirmanNya.
وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [An Nisa’:48].
Dan.
وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. [An Nisa’:116].
Syirik termasuk penyebab terhapusnya (nilai) amal perbuatan. Firman Allah.
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ
أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya amalmu akan
terhapus dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [Az
Zumar:65].
Dalam surat Al An’am -setelah menyebutkan (kisah) beberapa nabi- Allah berfirman.
ذَلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِى بِهِ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُم مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang Allah kehendaki di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan. [Al An’am:88].
Syirik menjadi penyebab kehinaan dan kerendahan. Allah berfirman.
لاَّتَجْعَلْ مَعَ اللهِ إِلاَهًا ءَاخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولاً
Janganlah kamu adakan ilah-ilah yang lain di samping Allah, agar kamu
tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (oleh Allah). [Al
Isra’:22].
Dan firmanNya.
ذَلِكَ مِمَّآ أَوْحَى إِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ الْحِكْمَةِ وَلاَ تَجْعَلْ
مَعَ اللهِ إِلاَهًا ءَاخَرَ فَتُلْقَى فِي جَهَنَّمَ مَلُومًا مَّدْحُورًا
Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain di samping Allah, yang
menyebabkan kamu dilemparkan ke neraka dalam keadaan tercela lagi
dijauhkan (dari rahmat Allah). [Al Isra’:39].
Syirik bisa menyebabkan pelakunya masuk neraka dan menghalanginya dari
mendapat magfirah (ampunan) dan keridhaan Allah. Allah berfirman.
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَالِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun. [Al
Maidah:72].
Syirik termasuk perbuatan haram yang sangat mendasar, sebagaimana firman Allah.
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Katakanlah:"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu,
yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia. [Al
An’am:151].
Dan firmanNya.
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ
وَاْلإِثْمَ وَ الْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ
مَالَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَالاَ
تَعْلَمُونَ
Katakanlah:"Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang
nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu
ketahui." [Al A’raf:33].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ
Hindarilah tujuh perkara yang membinasakan. Para sahabat
bertanya,“Apakah (tujuh perkara) itu, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab,“Syirk (menyekutukan) Allah, …” kemudian beliau melanjutkannya
dan menyebutkan ketujuh hal tersebut [1]
Dalam penyebutan kata “syirik” diurutan terdepan terdapat isyarat, bahwa
syirik merupakan dosa yang paling besar. Dijelaskan oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya.
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَكَانَ
مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ فَمَا زَالَ
يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Maukah kalian kuberitahu tentang dosa yang paling besar? Mereka
menjawab,“Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,“Menyekutukan Allah
dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau bersabda sambil bersandar,
lalu duduk dan bersabda (lagi),”Dan ingatlah berkata dusta (termasuk
dosa besar-pent).” Beliau mengulang-ulang ucapan itu, sampai kami
berkata,”Semoga beliau diam.”
Juga dalam hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar? Beliau menjawab,”Engkau menyekutukan Allah, padahal Dia telah menciptakanmu.”
Waspadalah dengan syirik, yang kecil maupun yang besar! Syirik itu
(kadang) tidak lebih nampak dibandingkan dengan semut di atas batu
hitam. Dan tidak ada yang merasa dirinya aman dari kesyirikan, kecuali
orang-orang yang tidak mengetahui hakikat syirik dan tidak tahu pula apa
yang menyebabkannya terbebas dari syirik. Adapun orang yang mengerti
hakikat dan bahaya syirik, ia akan menjadi orang yang paling takut
terhadap syirik. Nabi Ibrahim Alaihissallam berkata.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَ اجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,"Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini
(Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku
daripada menyembah berhala-berhala.” [Ibrahim:35].
Kemudian beliau menjelaskan penyebab dari rasa takutnya,
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ
Ya Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia. [Ibrahim:36].
Jika seseorang sudah mengetahui, bahwa banyak orang yang terjerembab ke
dalam syirik akbar dan mereka sesat dengan menyembah berhala, maka ia
akan takut terjerembab seperti mereka.
Ibrahim At Taimi berkata,“Siapakah yang merasa aman dari bala’ (syirik)
setelah Nabi Ibrahim?” Maksudnya, jika Nabi Ibrahim Alaihissallam sang
kekasih Allah saja masih khawatir terjatuh ke dalam kesyirikan, masih
adakah orang yang tidak khawatir atas dirinya terjatuh ke dalam
kesyirikan setelah Nabi Ibrahim?
Syirik merupakan kezhaliman yang paling zhalim, sedangkan tauhid
merupakan keadilan yang paling adil. Karena jika adil (diartikan dengan,
pent.) meletakkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan kepada
seseorang apa yang menjadi haknya tanpa mengurangi sedikitpun, maka
tauhid merupakan keadilan yang paling adil, karena tauhid merupakan hak
Allah atas hambaNya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam,“Saya (Mu’adz bin Jabal) membonceng Nabi di atas keledai. Beliau
berkata kepadaku,“Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba
dan apa hak hamba kepada Allah?” Saya jawab,“Allah dan RasulNya yang
lebih tahu.” Beliau bersabda,“Hak Allah atas hambaNya adalah agar mereka
beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya. Sedangkan hak hamba atas
Allah adalah tidak menyiksa orang yang tidak berbuat syirik.”
Jika tauhid merupakan hak, maka apabila hamba-hambaNya telah
mentauhidkanNya (menyerahkan kepada Allah yang menjadi hakNya, pent.)
berarti mereka telah berlaku adil dengan seadil-adilnya. Jika mereka
berbuat syirik, maka mereka telah berbuat zhalim. Karenanya, tauhid
merupakan kewajiban yang paling wajib. Allah berfirman.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ
Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia [Al Isra’:23].
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun [An Nisa’:36].
Tauhid memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
- Menyebabkan aman dari siksa pada hari kiamat. Allah berfirman.
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan
kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al An’am:82].
Dan firmanNya.
إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُم مِّنَّا الْحُسْنَى أُوْلَئِكَ عَنْهَا
مُبْعَدُونَ لاَ يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَاشْتَهَتْ
أَنفُسُهُمْ خَالِدُونَ لاَ يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ اْلأَكْبَرُ
وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنتُمْ
تُوعَدُونَ
Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik
dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar
sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang
diingini oleh mereka Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang
besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat.
(Malaikat berkata):"Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.. [Al
Anbiya’:101-103].
- Tauhid merupakan kunci masuk surga, sebagaimana perkataan Wahab bin Munabbih, “Kunci syurga itu adalah lailaha illallah.”
- Dengan tauhid, Allah berkenan menghapus kesalahan-kesalahan,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits
qudsi.
إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ
الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً
وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ
أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ
فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لَا يَا
رَبِّ فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ
عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ
مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَقَالَ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ قَالَ فَتُوضَعُ
السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ فَطَاشَتِ
السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ فَلَا يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ
شَيْءٌ
Sesungguhnya Allah akan menyelamatkan seorang manusia ………. Lalu Allah
membentangkan 99 catatan amal di hadapan orang itu. Satu catatan
(ukuran) sejauh mata memandang. Kemudian Allah berfirman,”Adakah
diantara catatan-catatan ini yang engkau ingkari? Apakah
penulis-penulisku telah menzhalimimu?” Orang itu menjawab,”‘Tidak wahai
Rabb!” Allah berfirman,”Apakah engkau mempunyai alasan?” Orang itu
menjawab,”Tidak wahai Rabb!” Allah berfirman,”Tentu. Sesungguhnya dalam
catatan kami, engkau punya kebaikan. Dan sesungguhnya hari ini engkau
tidak akan dizhalimi!” Lalu keluarlah sebuah kartu, tertulis padanya:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Lalu Allah berfirman,”Datangkanlah timbanganmu!” Orang itu
menjawab,”Wahai Rabbku, apalah artinya satu kartu ini dengan
catatan-catatan amal (kejelekan) ini.” Allah berfirman,”Sesungguhnya,
engkau tidak akan dizhalimi.” Kemudian catatan-catatan itu ditaruh pada
salah satu sisi timbangan dan kartu di sisi yang lain. Kemudian
catatan-catatan amal itu menjadi ringan dan kartu itu menjadi berat,
tidak ada sesuatupun yang lebih berat dari nama Allah. [2]
Para ulama’ telah membagi tauhid menjadi tiga.
Pertama. Tauhid Rububiyah.
Yaitu mengakui secara zhahir bathin, bahwa Allah adalah Rabb segala
sesuatu, Pemilik, Pencipta, Pemberi Rizki, Yang Menghidupkan dan
Mematikan, Yang mengurusi alam semesta ini semuanya, baik yang atas
maupun yang bawah.
Kedua. Tauhid Uluhiyah.
Yaitu mengesakan Allah dengan ibadah tanpa memalingkan bagian terkecil
dari ibadah kepada selain Allah k . Inilah makna kalimat tauhid lailaha
illallah, tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah. Karena
Dialah Sang Pencipta, sedangkan selain Dia adalah makhluq dan hanya
Allah yang bisa mengabulkan permohonan orang yang sengsara dan yang bisa
menghilangkan kesengsaraan. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَيَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَىْءٍ
إِلاَّ كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَآءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَاهُوَ
بِبَالِغِهِ
Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang
membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke
mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. [Ar Ra’d:14].
Untuk tujuan tauhid inilah, Allah menciptakan makhluk, mengirimkan para rasul dan menurunkan kitab-kitabNya. Allah berfirman.
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahKu. [Adz Dzariyat:56].
FirmanNya.
أَتَى أَمْرُ اللهِ فَلاَ تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا
يُشْرِكُونَ يُنَزِّلُ الْمَلاَئِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى
مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لآإِلَهَ إِلآأَنَا
فَاتَّقُونِ
Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintahNya
kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya,
yaitu:"Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Ilah (yang
hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertaqwa kepadaKu." [An Nahl:2].
Tauhid inilah yang diingkari oleh orang-orang musyrik pada zaman dahulu,
padahal mereka sudah mengakui tauhid Rububiyah. Allah berfirman.
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ
السَّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ
فَسَيَقُولُونَ اللهُ
Katakanlah:"Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang
mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala
urusan?" Maka mereka menjawab,"Allah." [Yunus:31].
Dan firmanNya.
وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ
Dan mereka berkata,"Apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?" [Ash Shaffat:36].
Maka seorang muslim harus mengetahui, bahwasanya mengakui Allah sebagai
Pencipta, Pemberi Rizqi, Yang Bisa Menghidupkan dan Mematikan, tidak
akan berarti apapun sampai dia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang haq
kecuali Allah, lalu melaksanakan yang menjadi konsekwensinya.
Ketiga. Tauhid Asma’ dan Sifat.
Maksudnya, ialah menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk diriNya dalam
kitabNya, dalam hadits Rasulullah yang shahih tanpa tasybih
(menyerupakan), tahrif (menyelewengkan maknanya), tamtsil (memisalkan),
ta’thil (menolak) dan tanpa takyiif.
Berpegang pada firmanNya.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءُُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada yang semisalnya denganNya. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Asy Syura:11].
Sifat-sifat Allah yang ada dalam Al Qur’an terbagi menjadi dua. Yaitu
sifat dzat dan sifat fi’il. Sifat dzat, misalnya: jiwa, hidup,
mengetahui, dapat mendengar, dapat melihat, dapat berbicara, wajah,
tangan, betis dan lain-lain. Sifat fi’il, seperti: bersemayam, turun,
datang, ridha, marah, tertawa, senang dan lain-lain.
Kewajiban kita atas sifat-sifat ini, ialah mengimaninya, menetapkannya
untuk Allah tanpa tasybih, ta’thil, tamtsil dan takyif. Diantara kita,
janganlah ada yang mengatakan jiwa Allah seperti jiwa manusia dan lain
sebagainya. Kita mestinya mengikuti sebagaimana perkataan Imam As
Syafi’i rahimahullah,“Aku beriman kepada Allah dan kepada semua yang
datang dari Allah sesuai dengan maksud Allah. Dan aku juga beriman
kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan kepada semua yang
datang dari Rasulullah sesuai dengan maksud Rasulullah.”
Selanjutnya ketahuilah wahai saudara-saudaraku, semoga Allah merahmati
kita. Bahwa tauhid merupakan jalan tertinggi yang ditempuh manusia
menuju Allah. Tauhid merupakan dakwah pertama para rasul. Mereka memulai
dakwah dengan (menyampaikan) tauhid, sebelum (perkara) halal dan haram.
Rasulullah n tinggal di Mekkah selama 10 tahun atau lebih, senantiasa
menyampaikan, “Wahai manusia, katakanlah laailaha illallah, kalian pasti
akan beruntung.”
Ketika tauhid sudah tertanam di hati mereka, barulah kemudian turun
ayat-ayat fardhu, diawali dengan shalat. Tidak bertambah sampai
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hijrah ke Madinah.
Kemudian perintah dan larangan berdatangan. Rasul tidak perlu bekerja
keras untuk mengarahkan mereka agar mentaatinya, karena beliau sudah
bekerja keras di Mekkah sehingga punahlah ikatan kesyirikan. Ketika
ikatan syirik sudah punah, maka ikatan-ikatan yang lainpun punah. Kaum
mukmin menjadi seperti yang diterangkan Allah.
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ
وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَّقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada
Allah dan RasulNya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan:
"Kami mendengar dan kami patuh". [An Nur:51]
Karena pentingnya tauhid, maka ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam mengirim utusan-utusannya dan para da’i ke suatu kaum, beliau
memerintahkan mereka agar memulai dakwahnya dengan tauhid, sebagaimana
sabda beliau kepada Muadz bin Jabbal ketika di utus ke Yaman,
إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكنْ أَوَّلُ مَا
تَدْعوُهُمْ إِلَيهِ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي
رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ
اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ
وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ
افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ
فِي فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ
أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا
وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
Sesungguhnya engkau akan mendatangi orang-orang ahli kitab, maka
hendaklah perkara pertama yang engkau dakwahkan ialah syahadat lailaha
illallah (agar mereka bersaksi, bahwa tidak ilah yang berhak diibadahi
kecuali Allah, pent.) dan sesungguhnya saya adalah Rasulullah. Jika
mereka sudah mentaati kamu untuk itu, maka beritahukanlah mereka
bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka lima shalat sehari
semalam. Jika mereka sudah taat, maka beritahulah mereka, bahwa Allah
telah mewajibkan zakat kepada orang-orang kaya lalu diberikan kepada
orang yang fakir. Jika mereka taat, maka hindarilah harta-harta berharga
mereka dan takutlah terhadap do’a orang-orang yang terzhalimi, karena
sesungguhnya antara do’a itu dengan Allah tidak ada hijab. [3]
Maka wajib bagi setiap muslim untuk memperhatikan aqidah ini, baik
sebagai pelajaran ataupun pengajaran. Dan wajib juga bagi setiap da’i
dan guru untuk mendahulukan aqidah di atas segala sesuatu, serta
menjadikan aqidah sebagai skala prioritas. Karena baiknya amal
disebabkan aqidah yang baik dan buruknya amal akibat dari buruknya
aqidah.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي
أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ
كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ اْلأَرْضِ مَالَهَا مِن
قَرَارٍ
Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Rabbnya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk
seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. [Ibrahim:24-26].
Akhirnya, semoga Allah memberikan kita dan semua kaum muslimin aqidah
yang baik dan selamat. Sesungguhnya hanya Allah yang mampu melakukan hal
itu.
Laman
TEMPAT BERBAGI ILMU DUNIA DAN AKHIRAT
Dunia = Kumpulan rangkaian elektronika, Download, ilmu umum, dll
Akhirat = Iman dan Tauhid, Hukum islam, Akhlakul kharimah, dll
Dunia = Kumpulan rangkaian elektronika, Download, ilmu umum, dll
Akhirat = Iman dan Tauhid, Hukum islam, Akhlakul kharimah, dll
1 komentar:
Blogx keren nih post2x :D
Posting Komentar