KEDEKATAN
MUSLIM DAN ALQUR’AN
Islam
berasal dari bahasa Arab al-islām,
الإسلام artinya :
"Berserah diri kepada Tuhan Allah. SWT.
Agama Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan yaitu Allah Pengikut ajaran Islam dikenal
dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk taat, patuh, mengabdi
kepada Tuhan" Allah SWT.
Untuk laki laki di sebut Muslimun dan perempuan disebut Muslimat.
Saat
ini lebih dari satu seperempat miliar (satu Milyar duaratuis limapuluh juta
rupiah orang pengikut
di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh.
di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh.
Sedangkan
Al-Qur’qn adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada
Nabi Muhammad SAW,
melalui perantaraan Malaikat
Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke
sebuah buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata-kata
atau kalimat di dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya sebagai hasil cetakan.
Umat Islam percaya bahwa
Al-Qur'an disampaikan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril. Penurunannya sendiri
terjadi secara bertahap antara tahun 610 hingga hingga wafatnya beliau 632 M. Walau Al-Qur'an lebih banyak
ditransfer melalui hafalan, namun sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada
masa itu yang menuliskannya pada tulang, batu-batu dan dedaunan.
Umat Islam percaya bahwa
Al-Qur'an yang ada saat ini persis sama dengan yang disampaikan kepada
Muhammad, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang kemudian
menghapalkan dan menulis isi Al Qur'an tersebut. Secara umum para ulama
menyepakati bahwa versi Al-Qur'an yang ada saat ini, pertama kali dikompilasi
pada masa kekhalifahan
Utsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar antara 650 hingga 656 M. Utsman
bin Affan kemudian mengirimkan duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh
penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain
itu dimusnahkan untuk keseragaman.[22]
Al-Qur'an memiliki 114 surah
, dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan tergantung cara menghitung).[23]
Hampir semua Muslim menghafal setidaknya beberapa bagian dari keseluruhan
Al-Qur'an, mereka yang menghafal keseluruhan Al-Qur'an dikenal sebagai hafiz (jamak:huffaz).
Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang jarang, dipercayai bahwa saat ini terdapat
jutaan penghapal Al-Qur'an diseluruh dunia. Di Indonesia ada
lomba Musabaqah Tilawatil Qur'an yaitu lomba membaca Al-Qur'an dengan tartil
atau baik dan benar. Yang membacakan disebut Qari (pria) atau Qariah (wanita). Muslim
juga percaya bahwa Al-Qur'an hanya berbahasa
Arab. Hasil terjemahan dari Al-Qur'an ke berbagai bahasa tidak merupakan
Al-Qur'an itu sendiri. Oleh karena itu terjemahan hanya memilik
Dimanapun dan kapanpun dalam sejarah,
Al-Qur’an senantiasa ditemukan dalam keadaan seragam. Tidak ada perbedaan satu
hurufpun di antara semua Al-Qur’an yang beredar di seluruh dunia.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS Al-Hijr
[15] : 9)
Keistimewaan Al-Qur’an bukan hanya
terletak pada jaminan keterpeliharaan keasliannya semata. Al-Qur’an diwahyukan
Allah kepada Nabi Akhir Zaman agar menjadi petunjuk bagi segenap ummat manusia,
tanpa kecuali. Oleh karenanya Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam juga
ditegaskan Allah diutus untuk segenap ummat manusia, bahkan menjadi rahmat bagi
segenap alam semesta.
Al-Qur’an bukan kitab khusus untuk
menjadi petunjuk bagi ummat Islam semata. Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa
sallam tidak diutus untuk menjadi Nabi bagi bangsa Arab semata.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي
أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia.
(QS. Al-Baqarah [2] : 185)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا
كَافَّةً لِلنَّاسِ
Dan Kami tidak mengutus kamu
(Muhammad), melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (QS. Saba [34] :
28)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا
رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu
(Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya
[21] : 107).
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,
maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal
aku dahulunya adalah seorang yang melihat ?" (QS. Thaha
(20) : 124).
llah ta’ala, 155, "Dan Al-Qur'an itu adalah Kitab yang
kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu
diberi rahmat," (Q.S. Al-An'am).
Itulah fakta dan realitas social yang terjadi di tengah umat kita yang masih awam terhadap substansi ajaran Islam
Itulah fakta dan realitas social yang terjadi di tengah umat kita yang masih awam terhadap substansi ajaran Islam
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآَخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ
أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Dan tiadalah kehidupan
dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya?" (QS. Al Anam: 32)
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ الْآَخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Maka tidakkah mereka
bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum
mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih
baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?"
(QS. Yusuf: 109)
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ
فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Dan apa saja yang
diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan
perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.
Maka apakah kamu tidak memahaminya?" (QS. Al Qashash: 60)
Al Quran Menggunakan Dalil Akal (Logika)
Al Quran Menggunakan Dalil Akal (Logika)
Hal ini
sebagaimana dapat kita lihat dalam permisalan-permisalan yang digunakan dalam
Al Quran. Di antaranya firman Allah Taala mengenai penetapan tauhid bahwa Dialah
satu-satunya Pencipta,
هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ
"Inilah ciptaan Allah, maka
perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan
(mu) selain Allah." (QS. Luqman: 11). Lihatlah dalam ayat
ini, Allah menggunakan qiyas atau analogi permisalan untuk menunjukkan adakah
sesembahan selain Allah yang dapat mencipta.
Contoh
lainnya adalah tentang ayat yang menunjukkan adanya hari berbangkit. Allah misalkan
dengan menjelaskan bahwa Dia dapat menghidupkan tanah yang mati. Jika Allah
mampu melakukan demikian, tentu Allah dapat pula membangkitkan makhluk-makhluk
yang sudah mati. Allah Taala
berfirman,
وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ
"Dan Kami hidupkan dengan
air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan."
(QS. Qaaf: 11)
Urgensi Akal dalam Syariat Islam
Urgensi Akal dalam Syariat Islam
Syariat
Islam memberikan nilai dan urgensi yang amat tinggi terhadap akal manusia. Hal
itu dapat dilihat pada beberapa point berikut ini.
[Pertama] Allah hanya menyampaikan kalam-Nya kepada
orang yang berakal karena hanya mereka yang dapat memahami agama dan
syariat-Nya.
وَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ
"Dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran."
(QS. Shaad: 43)
[Kedua]
Akal merupakan
syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk dapat menerima taklif (beban
syariat) dari Allah Taala. Hukum-hukum syariat tidak berlaku bagi orang yang
tidak menerima taklif seperti pada orang gila yang tidak memiliki akal.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ
النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ
"Pena diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan: [1] orang yang tidur
sampai dia bangun, [2] anak kecil sampai mimpi basah (baligh) dan [3] orang
gila sampai ia kembali sadar (berakal)." (HR. Abu Daud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)
[Ketiga]
Allah Taala mencela
orang yang tidak menggunakan akalnya, semisal perkataan Allah pada penduduk
neraka yang tidak mau menggunakan akal.
[Keempat]
Penyebutan begitu
banyak proses dan anjuran berfikir dalam Al Quran, yaitu untuk tadabbur dan
tafakkur, seperti laallakum tatafakkarun (mudah-mudahan kamu berfikir) atau
afalaa taqilun (apakah kamu tidak berpikir).
Begitu
pula Allah memuji ulul albab (orang-orang yang berakal/berfikir),
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka." (QS. Ali Imron: 190-191)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal |
rumaysho.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar