“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib.” (Al-Baqarah: 3)
Karena, hakikat iman itu adalah pembenaran secara total terhadap segala yang diberitakan oleh para rasul (dalam perkara yang ghaib) yang mengandung konsekuensi ketaatan seluruh anggota tubuh. Sehingga bukanlah termasuk iman yang benar, keyakinan terhadap hal-hal yang hanya bisa disaksikan oleh panca indera saja. Karena tidak akan terbedakan antara yang mukmin dan yang kafir dalam perkara tersebut. Hanya saja permasalahan iman itu ialah terhadap perkara ghaib, yang kita tidak bisa melihat dan merasakannya dengan panca indera yang lainnya.
Kita beriman terhadap yang ghaib itu hanyalah karena adanya berita dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu alaihi wasalam semata. Inilah iman yang akan membedakan antara orang yang mukmin dengan orang kafir. Sehingga, seorang mukmin akan beriman kepada seluruh perkara yang diberitakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu alaihi wasalam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sama saja baginya, apakah dia mampu mengetahuinya dengan panca inderanya atau tidak. Sama saja baginya, apakah akalnya mampu menjangkaunya atau tidak. Sikap seorang mukmin yang demikian ini berbeda dengan sikap orang-orang zindiq (munafik) yang mendustakan perkara-perkara ghaib karena telah rusak akalnya. Mereka mendustakan perkara-perkara ghaib tersebut karena akalnya tidak mampu menjangkaunya. Rusaklah akalnya dan kacaulah pemikirannya. Sedangkan akal seorang mukmin menjadi bersih dan suci dengan bimbingan wahyu ilahi.
Termasuk beriman dengan perkara ghaib adalah beriman dengan seluruh perkara yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu alaihi wasalam beritakan berupa berbagai peristiwa yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Demikian pula hal-hal yang akan terjadi di akhirat nanti. (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 40)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahumullah berkata: “Termasuk beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan seluruh perkara yang Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam beritakan berupa hal-hal yang akan terjadi setelah kematian. Sehingga, Ahlus Sunnah beriman kepada adanya fitnah (ujian pertanyaan) di kubur dan azab kubur.”
Dalil-dalil dari Al-Qur’an tentang Azab Kubur
Di antara dalil-dalil yang menunjukkan adanya azab kubur dari Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras’.” (Ghafir: 45-46)
Ibnu Katsir t berkata: “Ayat ini adalah dalil yang paling kuat bagi Ahlus Sunnah untuk menetapkan adanya azab kubur, yaitu firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Ghafir: 46)
Yakni, diperlihatkan kepada mereka neraka di pagi dan sore hari.
2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Ath-Thur: 45-47)
Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi t berkata: “Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala ini, kemungkinan yang dimaksud adalah mereka diazab di dunia dengan dimatikan atau yang lainnya. Kemungkinan (yang kedua) mereka diazab di alam barzakh. Makna yang kedua ini yang lebih nampak jelas, karena kebanyakan mereka mati dalam keadaan belum diazab di dunia. Atau kemungkinan (ketiga) maksudnya adalah umum, yaitu azab di dunia dan di akhirat (termasuk azab kubur).” (Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah, hal. 612-613)
3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (At-Taubah: 101)
Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami t berkata: “Ibnu Mas’ud radiyallahu anhu, Abu Malik, Ibnu Juraid, Al-Hasan Al-Bashri, Sa’id, Qatadah, dan Ibnu Ishaq rahimahumullah, mereka mengatakan (yang kesimpulannya) bahwa yang dimaksudkan dengan ayat tersebut adalah azab di dunia dan azab di kubur. Kemudian mereka dikembalikan ke azab yang besar yaitu neraka jahannam.” (Ma’arijul Qabul, 2/719)
4. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (As-Sajdah: 21)
Al-Imam Ibnu Katsir t berkata: “Al-Bara’ bin ‘Azib, Mujahid, dan Abu Ubaidah berkata bahwa yang dimaksud adalah azab kubur.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/405)
Dalil-dalil dari As-Sunnah
Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami t berkata: “Dalil-dalil dari As-Sunnah yang menunjukkan adanya azab kubur sungguh telah mencapai derajat mutawatir, karena para imam As-Sunnah, para periwayat hadits dan para pakarnya (kritikus, penelitinya) dari sejumlah besar kalangan sahabat (telah meriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam). Di antaranya Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Al-Bara’ bin Azib, Umar bin Al-Khaththab, Abdullah bin Umar, Aisyah, dll g. (Ma’arijul Qabul, 2/721)
1. Dari Anas bin Malik radiyallahu anhu, dari Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam, beliau bersabda;
“Dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat Muslim, dari Anas z bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda:
“Kalau kalian tidak saling menguburkan (jenazah), sungguh aku akan meminta kepada Allah agar memperdengarkan sebagian azab kubur yang aku dengar kepada kalian.”
2. Dari Ibnu Abbas radiyallahu anhu, dia berkata:
Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam melewati dua kuburan. Beliau Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang diazab, dan tidaklah keduanya diazab disebabkan suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah satunya tidak menjaga diri dari percikan air kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba antara manusia.” Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian beliau belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan azab tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering.” (Muttafaqun ‘alaih)
3. Dari Aisyah radiyallahu anha, dia berkata:
Aku masuk kepada seorang wanita Yahudi, kemudian dia menceritakan azab kubur, maka aku mendustakannya. Kemudian Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam masuk kepadaku, aku pun menceritakan kejadian itu kepada beliau. Beliau Shalallahu Alaihi Wasalam lalu bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh mereka akan diazab di kubur mereka, sehingga hewan-hewan pun mendengarkan jeritan-jeritan mereka.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam Berlindung Dari Azab Kubur
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam berlindung dari azab kubur dan memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya. Dari Aisyah radiyallahu anha, dia bertanya kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam tentang azab kubur, maka beliau menjawab:
“Ya. Azab kubur itu benar adanya.” Aisyah radiyallahu anha berkata: “Setelah kejadian tersebut, aku tidak pernah melihat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam melakukan shalat kecuali berlindung dari azab kubur.” (HR. Al-Bukhari no. 1049)
Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda:
“Apabila salah seorang kalian bertasyahud, hendaklah dia meminta perlindungan dari empat perkara, hendaknya dia berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejelekan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat lain di Shahih Muslim:
“Apabila dia selesai dari tasyahud akhir….”
Dari Ibnu Abbas radiyallahu anhu:
“Bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam mengajarkan doa ini kepada mereka (para sahabat) sebagaimana Beliau Shalallahu Alaihi Wasalam mengajarkan sebuah surat dari Al-Qur’an.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i
Sumber : Majalah Asy-Syariah edisi 51, Alam Barzakh, Azab Kubur Yang Menakutkan atau Nikmat Kubur Yang Menyenangkan? (ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar